Notification

×

Iklan

Iklan

Tradisi Weh-Wehan, Ini Cara Warga Kaliwungu Kendal Sambut Maulid Nabi Muhammad SAW

19 Oktober 2021 Last Updated 2021-12-22T04:58:26Z
Tradisi Weh-Wehan, Ini Cara Warga Kaliwungu Kendal Sambut Maulid Nabi Muhammad SAW
Warga Kaliwungu Kendal menggelar tradisi weh-wehan atau ketuin untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW, Senin (18/10/2021). (Edi Prayitno/kontributor Kendal)

KALIWUNGU, LKT News - Tradisi Weh-Wehan dalam menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW di Kaliwungu, Kabupaten Kendal tak pernah lekang oleh zaman. Bahkan kehadirannya selalu dinanti-nanti oleh warga sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. 

Tradisi Weh-Wehan atau Ketuin yang digelar setiap tahun ini, menjadi ajang untuk saling bertukar makanan dan berbagi kepada sesama. 

Sebagian masyarakat Kaliwungu menyebutkan, bahwa merayakan Maulid Nabi sama saja memperingati Idul Fitri atau Idul Adha. 

Tadisi ini membuat anak-anak bersuka cita dengan pakaian baru, berkeliling kampung membawa makanan untuk dibagikan kepada tetangga. 

Hampir setiap gang dan kampung di Kecamatan Kaliwungu Kendal menjadi meriah dengan aneka jajanan dan lampu hias di sekitar rumah warga.  

Tradisi Weh-Wehan awalnya berkembang di dua desa, yakni Krajan Kulon dan Kutoharjo yang berdekatan dengan Masjid Agung Al Muttaqin Kaliwungu. 

Baca Juga : Tabrak Kerbau di Jalan, Pengendara Motor di Kaliwungu Kendal Tewas Mengenaskan

Tradisi saling berbagi atau dalam bahasa Jawa disebut weh-wehan, warga menyiapkan makanan di depan rumah. Meja-meja berderet sepanjang jalan kampung, untuk tempat saling bertukar jajanan. 

"Tradisi ini hanya berkembang di wilayah Kaliwungu sejak puluhan tahun silam," ungkap Kepala Desa  Nolokerto, Nur Fatoni, Senin (18/10/2021).  

Ulama di Kaliwungu memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan saling berbagi dan memberi makanan kepada sesama warga. Tradisi ini kemudian berkembang ke desa-desa lainnya di Kaliwungu, dan terus dilestarikan hingga sekarang.

Warga Krajan Kulon Gunawan mengatakan, tradisi ini sudah mengakar di masyarakat Kaliwungu. Menurutnya, berbagi makanan sebagai bentuk kecintaan dan kebahagiaan menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW.  

Baca Juga : 3 Ruangan di SMP Negeri 3 Kaliwungu Kendal Hangus Terbakar, PTM Terbatas Tetap Jalan Terus

Dalam tradisi ini anak-anak yang paling menantikan. Sebab mereka akan mendapatkan banyak jajanan aneka macam. Bahkan anak-anak ini bersemangat berkeliling kampung membawa makanan untuk ditukarkan dengan makanan lainnya. 

Dalam tradisi ini, ada makanan khas Kaliwungu yang disebut sumpil. Makanan dari bahan beras dibungkus dengan daun bambu, keberadaannya yang paling dinanti karena hanya ada di tradisi ini saja.

(Reporter iNews: Eddie Prayitno)