Notification

×

Iklan

Iklan

DLH sebut Baru Bisa Memproses 30 persen Sampah di Kabupaten Kendal

25 September 2021 Last Updated 2021-12-22T05:07:06Z
DLH sebut Baru Bisa Memproses 30 persen Sampah di Kabupaten Kendal
Petugas dari Bank Sampah Induk (BSI) Kendal menimbang sampah kering yang dibawa masyarakat, Jumat (24/9/2021). (Foto: dokumen)

KENDAL, LKT News - Masalah sampah masih menyisakan PR bagi pemerintah daerah, termasuk Kabupaten Kendal.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kendal mencatat, usaha yang sudah dilakukan pemerintah daerah hingga kini hanya mampu mengolah 30 persen dari total produksi sampah yang dihasilkan 1 jutaan penduduk.

Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kendal, Sudaryanto mengatakan, masyarakat Kendal saat ini berpotensi menghasilkan 400 ribu kubik sampah pertahun.

Jumlah ini terus meningkat seiring bertumbuhnya jumlah penduduk di Kabupaten Kendal.

Tingginya produksi sampah mengakibatkan 2 tempat pembuangan akhir (TPA) di Pegeruyung dan Darupono, Kecamatan Kaliwungu Selatan penuh.

Meski telah membangun TPA baru berbasis sanitary landfill, kata Sudaryanto, hanya bisa menampung dan mengolah 30 persennya saja.

Dengan perkiraan mencapai 80 ton sampah masuk TPA setiap harinya. 

"Memang kami (Pemkab Kendal) baru bisa menangani 30 persennya saja. Sisanya ada yang dibuang di sungai, dibakar, dibuang di pekarangan, dan yang lainnya," ujarnya saat menghadiri kegiatan Word Clean Day di Bank Sampah Induk (BSI) Kendal, Jumat (24/9/2021).

Sudaryanto menegaskan, persoalan sampah ini menjadi persoalan bersama pemerintah daerah dan masyarakat Kendal.

Baca Juga : Lapor ke Mensos Risma, Bupati Kendal Dico: Bansos Sudah Terealisasi 99,9 Persen

Penanggulangan sampah tidak bisa dilakukan maksimal tanpa disertai kesadaran masyarakat dalam menekan produksi sampah. Terkhusus sampah berbahan plastik yang tidak bisa terurai.

Sudaryanto menyebutkan, satu upaya pemerintah saat ini memulai gerakan mengurangi sampah plastik dalam setiap kegiatan pemerintahan.

Selain itu, pihaknya mulai membangun Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Desa Penyangkringan, Kecamatan Weleri.

Tujuannya sebagai tempat memilah dan mengolah sampah, supaya hanya sampah yang tidak bisa diolah yang dikirimkan ke TPA untuk diproses ulang.

Sudaryanto berharap, TPS3R ini bisa diadopsi oleh semua desa atau kelurahan untuk menanggulangi produksi sampah 70 persen dari sumbernya.

"TPS3R ini diharapkan selesai akhir tahun. Rencananya, tahun 2022 akan dibangun lagi 10 TPS3R. Ini upaya kami dalam menekan jumlah sampah yang terus menumpuk. Kalau dibiarkan, TPA yang dibangun pun tidak akan berumur panjang," jelasnya.

Baca Juga : Menteri Sosial Risma Jadi 'Juru Parkir' Anggota DPR di Kendal

Sebelumnya, Bupati Kendal Dico Ganinduto mengajak semua ASN di Kabupaten Kendal untuk bersama-sama memikirkan persoalan sampah yang ada.

Dia meminta agar semua pejabat dan staf pemerintahan bisa membantu pemerintah daerah dalam menanggulangi sampah. Mulai dari tingkat keluarga, lingkungan sekitar, hingga lingkungan pekerjaan.

"Persoalan sampah di Kendal ini kompleks. Baru 30 persen yang bisa ditangani. Dan kami tegaskan kepada semua ASN ikut memikirkan hal ini agar sampah bisa ditangani secara bertahap," ujarnya.

Di lain sisi, hadirnya Bank Sampah Induk (BSI) Kendal terus bergerak membantu pemerintah daerah untuk menekan produksi sampah, terutama jenis plastik.

Ketua BSI Kendal, Nunuk Sarah Zaenubia mengatakan, saat ini bank sampah bisa menyerap 500-700 kilogram sampah per bulan. Jumlah itu dihasilkan dari mitra-mitra yang tersebar di 7 kecamatan, termasuk sekolah-sekolah.

Baca Juga : Diduga Terpeleset Saat Mancing, Suyono Tewas Tenggelam di Sungai Ringin Singorojo

Pihaknya berkomitmen untuk terus menyerap sampah-sampah yang ada agar bisa didaur ulang dan menghasilkan pundi-pundi rupiah.

"Kami terus tingkatkan edukasi kepada masyarakat agar memilah sampah dengan baik dan benar. Sudah ada 412 nasabah kami yang bekerjasama dalam program menabung sampah jadi emas. Kita mencoba untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat," kata Nunuk. 

Jumlah ini terus meningkat seiring bertumbuhnya jumlah penduduk di Kabupaten Kendal.

"Memang kami (Pemkab Kendal) baru bisa menangani 30 persennya saja. Sisanya ada yang dibuang di sungai, dibakar, dibuang di pekarangan, dan yang lainnya," terangnya saat menghadiri kegiatan Word Clean Day di Bank Sampah Induk Kendal, Jumat (24/9/2021).

Pilot Project Komposter Rumah Tangga

Ketua TP PKK Kendal, Chacha Frederica menggandeng DLH untuk melaksanakan beberapa program terkait penanggulangan sampah.

Di antaranya, membuat komposter di tingkat rumah tangga, gerakan mengurangi konsumsi sampah plastik, dan gerakan memilah sampah dengan baik dan benar.

Chacha mengatakan, khusus komposter harus mulai terealisasi segera mungkin dengan pilot project di Kelurahan Langenharjo, Kecamatan Kota Kendal.

Setiap rumah diharapkan memiliki komposter sendiri sebagai tempat pemrosesan sampah yang bisa diaur ulang.

Baca Juga : Akhirnya, Warga Bringinsari Sukorejo Kendal Terima Sertifikat Tanah Setelah Garap Lahan Sejak 1960

Chacha berharap, program ini bisa dimulai agar bisa ditularkan ke masyarakat di wilayah lainnya.

"Dengan komposter, bisa menekan jumlah sampah yang dikirim ke TPA. Satu rumah satu komposter. Yang mudah-mudah saja menggunakan tong bekas dicat ulang, nanti sisa mamakan diolah di sana, ptongan kertas, tisu, juga daun-daunan," ujar Chacha.

Selain itu, Chacha bakal menggandeng anak-anak muda menjadi duta DLH Kendal.

Tugasnya memberikan edukasi kepada masyarakat agar bisa menjaga lingkungannya dari sampah. 

Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kendal, Sudaryanto mengatakan, masyarakat Kelurahan Langenharjo dijadikan pilot project program komposter karena tingkat kesadaran warganya soal kebersihan cukup tinggi.

Kedepan, pihaknya akan terus menggandeng pemerintah desa untuk membantu gerakan perang terhadap sampah. 

"Hari ini kita awali dengan program komposter. Kita pegawai DLH juga sudah memulai gerakan bawa sampah kering ke kantor untuk diteruskan ke bank sampah. Selanjutnya kita akan berikan surat edaran agar OPD-OPD lain bisa menyukseskan program yang sama minimal sepekan sekali," tuturnya. 

Selain itu, program pembangunan TPS3R juga terus dikebut agar bisa terealisasi di tingkat desa.

Sudaryanto berharap, pemerintah desa bisa menggencarkan edukasi dan membangun upaya penanganan sampah dengan anggaran desa yang ada.

"TPS3R kita bangun satu pada tahun ini di Penyangkringan. Bisa untuk pengolahan kompos dan ternak magot. Kita juga akan gandeng komunitas pengolahan sampah. Semoga dengan ini bisa meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat terkait pengelolaan sampah," harapnya.

(Saiful Ma'sum)