Pengusaha Angkringan dan Resto-Kafe di Kendal Keluhkan Kenaikkan Harga Gas LPG Non Subsidi. (Foto ilustrasi: Istimewa) |
KENDAL, LKT News - Para pengusaha angkringan dan resto-kafe di Kendal mengeluh atas kenaikkan harga gas elpiji non subsidi. Hal ini karena PT Pertamina (Persero) telah menyesuaikan harga jual gas elpiji atau liquefied petroleum gas (LPG) untuk non subsidi.
Penyesuaian harga tersebut berlaku untuk isi ulang LPG ukuran 5,5 kilogram dan 12 kilogram kilogram, termasuk ukuran 50 kilogram.
Dengan adanya kenaikan tersebut, para pengusaha restoran dan kafe mengeluh. Karena kenaikan mencapai Rp11.000 sampai Rp16.000 pertabung.
Sedangkan untuk gas ukuran tiga kilogram yang bersubsidi tidak mengalami kenaikan.
Baca Juga: Harga Telur Ayam di Kendal Naik hingga Rp33.000 per Kilogram, Ini Penyebabnya
Namun, karena sesuai aturan pengusaha warung makan, restoran dan kafe tidak diperbolehkan menggunakan gas bersubsidi, mereka mengaku bingung dan pasrah.
Dari pantauan di Kabupaten Kendal, untuk gas ukuran 5,5 kilogram naik sebesar Rp11.000 atau dari Rp70.000 menjadi Rp81.000 per kilogram.
Sedangkan untuk ukuran 12 kilogram naik sebesar Rp16.000 atau dari harga Rp150.000 menjadi Rp166.000.
Belum lagi harga untuk penjual eceran yang jauh dari pangkalan, harganya menjadi bervariasi.
Baca Juga: Naik Drastis, Harga Minyak Goreng Curah di Kendal Tembus Rp19.000 Per Kilogram
Menurut Budi, dari PT Kerja, salah satu agen gas non subsidi di Kabupaten Kendal, kenaikan sudah berlangsung sejak 25 Desember 2021 lalu.
"Kenaikan sudah mulai Sabtu (25/12/2021) lalu. Awal kenaikan memang sempat sepi pembeli. Namun setelah berjalan kembali normal," terangnya kepada tim redaksi, Sabtu (8/1/2022).
Sementara itu, salah seorang pengusaha angkringan dan kafe Gantuman Patebon Kendal, Aditya Wibawa mengaku, meski harga LPG non subsidi mengalami kenaikan, namun dirinya tidak menaikkan harga maupun mengurangi porsinya.
"Ya harga elpiji memang naik, mau gimana lagi. Saya nggak menaikkan harga atau mengurangi porsi konsumen. Harga masih tetap sama. Seperti biasa," ujarnya.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit dan Telur Ayam di Pasar Tradisional Kendal Turun Drastis
Adit juga mengaku khawatir, jika menaikkan harga atau mengurangi porsi, pelanggannya akan komplain dan juga tidak lagi berkunjung ke angkringan kafenya.
"Ya tetap bertahan harga dan kurang untungnya. Kalau biasanya satu porsi makan untung seribu rupiah, sekarang tinggal lima ratus rupiah. Untuk gaji karyawan dan kebutuhan lainnya juga masih tetap," tuturnya.
Adit berharap kepada pemerintah, kalau bisa di tengah pandemi Covid-19 saat ini, tidak perlu menaikkah harga.
Karena disaat banyak warga yang harus menekan biaya pengeluaran, harga-harga kebutuhan pokok malah naik.
"Padahal secara ekonomi pelaku UMKM seperti kami baru mulai bangkit, tapi sudah diberikan kejuatan yang mengejutkan seperti ini," pungkas Adit. (Hanief Sailendra)